Comment ato Like ya,, thanks so much :*
Permata yang Berasal
dari Karang
Hari
pengumuman kelulusan bagi siswa smp pun tiba juga. Semua anak menunggu dengan
hara-harap cemas , takut bila mereka tidak lulus. Tapi tidak dengan laura,
gadis yang beranjak remaja itu biasa saja dengan hari yang ditunggu tunggu semua anak smp di indonesia, karena
dia yakin dia pasti lulus sebab dia mendapatkan jawaban saat ujian kemarin.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ujian nasional diselenggaran dengan tidak
jujur, itu membuat murid malas seperti laura kegirangan karena mereka tidak perlu lagi membolak balik buku.
Laura
hanya senang mencorat coret seragam sekolah saat hari pengumuman kelulusan. I a
menunggu nunggu momen ini karean ia belum pernah melakukan corat coret seragam
sekolah yang menurutnya seru itu. Entahlah dapt dari budaya mana corat coret
sergam sekolah tersebut, namun laura senang
karena ia merasa bisa terlepas dari seragam yang selalu menemaninya
selama 3 tahun ini. Dan itu artinya ia akan menjadi siswa menengah atas yang
umunya bisa
bebas berbuat apapun karena dianggap sudah dewasa oleh orangtua.
“LULUS
yee!! Selamat tinggal putih biru dan selamat datang putih abu-abu!” sorak
bergembira laura beserta temn-temannya saat mereka sedang mencoret coret
seragam sekolah mereka dengan pilok. Mereka saling menandatangi seragam mereka
sebagai tanda kelulusan dan sekaligus sebagai kenangan. “kerumah aku yok.
Mamaku sudah buat pesta untuk kita” ajak Deni dengan gembira. “oke,cabut.”
serentak mereka menjawab. Lantas, deni, laura, sarah, jason,emil, dan dindha
pun pergi kerumah deni untuk berpesta.
“eh
jadikan kita semua masuk SMA Putra Bangsa?”tanya sarah disela pesta mereka
yang kecil namun gembira itu. “jadi
dong, kita gak boleh berpisah sampe lulus SMA” jawab Laura dengan yakinnya.
Semua pun mengangguk setuju. Ya, mereka adalah sahabat sejak pertama kali masuk
smp. Mereka akan berjanji tidak akan berpisah sampai lulus SMA nanti. Pesta
mereka pun berlangsung sampai jam 8
malam. Laura dan sahabat yang lainnya pun pamit pulang dengan deni dan orangtuanya.
Laura
sangat bahagia hari ini karena bisa berpesta dengan teman-temannya dan dia
sudah resmi lepas dari putih biru yang artinya dia sudah bebas untuk melakukan
apapun yang dia mau. Dia pun terus tersenyum sampai masuk rumah. Sat hendak
menuju kamarnya yang melewati ruang keluarga, mama. “Laura sudah pulang?enak
pestanya? Kemari, mama sama papa mau bilang sesuatu.” Muka kedua orangtuanya sangat serius. Laura pun
duduk berhadapan dengan orangtuanya.
“papa
sudah memutuskan kamu akan papa sekolahkan di sekolah asrama diluar kota. SMA
Nusantara. Karena papa kecewa sama anak papa yang malas belajar dan gak
disiplin.Pasti kamu ujian kemarin dapet jawaban kan?” serasa dunia tiba-tiba
runtuh. Laura diam. Keputusan papanya seperti perintah seorang raja. Laura
takut dengan papanya. Dia tidak pernah membantah apapun yang dikatakan papanya.
Bagaimana papanya tau kalau Laura sering
menyontek? Padahal dia sudah menutup mulut semua sahabat-sahabat dan
teman-temannya dengan uang. Ya, dia menyontek agar selalu mendapat 10 besar
dikelas supaya orangtuanya tidak memarahinya dan menghukumnya. Dia tidak pernah belajar, saat guru
menjelaskan pun dia dan gengnya sering mengobrol ataupun bolos lalu makan
dikantin. Saat ada pr atau tugas dan ulangan, dia dan gengnya selalu
mengandalkan anak pintar plus rajin dikelas mereka.
“tapi
pa, Laura sama temen-temen sudah janji mau masuk SMA Putra Bangsa. Papa kan
juga udah ngizinin.” Laura mencoba memberi alasan. “iya, papa izinin kemaren.
Tapi ga sekarang. Setelah papa tau ternyata hasil belajar kamu 3 tahun ini
ternyata bohong belaka. Papa kecewa nak! Papa selalu banggain kamu, setiap kamu
masuk 10 besar kamu minta hadiah papa kasih. Pap kira kamu Cuma
bandel aja, tapi ternyata ya ampun. Apa salah papa” Suara papa Laura pun sudah meninggi. Laura
hanya menundukkan kepalanya. “siapa yang ngasih tau papa sih?” batin
laura. Dia mengutuk orang yang telah memberi tau papanya itu. “siap-siap minggu depan buat pendaftarannya.”
Lanjut papa setelah sekitar 2 menit terjadi keheningan. “sudah, masuk ke kamar
sana. Mandi sama tidur.” Mama pun menyuruh Laura untuk kekamarnya. Di dalam
kamar, Laura kesal dan mengangis. Dia pun menelpon sahabat-sahabatnya untuk
memberi tahu keputusan papanya. Dia benci hari ini. Dia benci hari kelulusan.
Sahabat-sahabatnya pun merespon dengan nada sangat kecewa bahkan ada yang
menangis.
Akhirnya
Laura sampai di SMA Nusantara untuk belajar di semeter pertama tahun ajaran
baru ini. SMA yang terkenal sangat disipin dan isinya kutu buku serta anak
ambisius semua itu telah di depan matanya. Gedung sekolah dan asramanya
berlantai 2 itu dengan desain khasnya menunjukkan betapa berwibawanya sekolah
itu. Dia mendengar bahwa ada seorang guru laki-laki setengah baya yang sangat
ditakuti dan dihormati oleh seluruh siswa disini. Dia penasaran bagaimana guru
tersebut. Apakah Laura akan taut juga kepadanya? Laura yakin guru itu akan
menyerah untuk mengajarnya dan artinya dia bisa keluar dari sekolah yang
seperti penjara ini.
Hari
pertamabelajar pun dimulai.Setelah Laura dan teman seangkatannya melewati masa
mos yang membosankan dan menyebalkan. laura sebal karena bisa-bisanya dia
menjadi murid pembuat masalah pada saat mos. Sepertinya papa Laura sudah memberi
tau panitia mos. Alhasil mereka selalu mengerjai laura yang membuat dia kesal
lalu membantah seniornya itu. Dan sekarang Laura terkenal sebagai murid paling
nakal disekolahnya. Tidak ada yang tidak mengenalnya. Namun mereka semua
seperti tidak mengenalnya. Mungkin mereka malu untuk kenal apalagi berteman
dengan anak seperti Laura. Pernah saat dia hendak membeli makanan di kantin,
ada seorang cowok yang berbicara ke
teman-temannya seperti ini “cantik sih, tapi gak clever sama ngelawan ”. Namun
laura hanya biasa saja. Dia tidak peduli terhadap perkataan teman-temannya. Dia
juga tidak peduli tidak ada yang mau berteman dengannya. Dia melewati
hari-harinya dengan membaca komik dan bermain game lewat handphonenya. Baginya
itu jauh lebih penting daripada mekirkan belajar, tugas, dan perkataan orang .
Hari ini, hari ke 3 belajar, ada pelajaran
metematika. Ini hari pertama pelajaran matemtika. Laura paling benci pelajaran
ini. Guru pun datang, seorang laki-laki setengah baya dengan badan yang cukup
besar. berkulit sawo matang dengan matanya yang tajam di balik kacamatanya.
“selamat pagi anak-anak. Perkenalkan nama saya arnold simangungsong dan
mengajar matematika. Sekarang kita langsung masuk materi belajar saja, yaitu
program linear.” Anak-anak pun hanya
menurut tanpa banyak bicara. Suasana kelas hening, hanya ada bunyi gesekan
halaman dan gesekan spidol di papan tulis. Laura mulai merasa bosan dan
mengantuk. Kepalanya sudah diatas meja dan matanya siap untuk terpejam. “hei
kamu, Laura kan?emang pemalas ya kamu, sana cuci muka.” Pak Arnold pun
melanjutkan tulisannya di papan tulis. Laura senang bukan main, ini menjadi
kesempatannya untuk bolos pelajaran bapak itu. Dia pun berdiri dan meninggalkan
kelas, lalu menuju ke kantin, bermain handphone dan mendengarkan musik sampai
pelajaran pak arnold habis.
“Laura,
kamu dipanggil Pak Arnold ke kantor pulang sekolah ini.” “iya, oke. Makasih.” Laura hanya menanggapi
ucapan Rere dengan santai. Dia pun duduk di kursinya karena nanti ada pelajaran
bahasa Inggris. Ya, dia suka pelajaran bahasa Inggris karena mempelajari bahasa
asing dan gurunya sangat menarik, walaupun terkadang dia suka tidak mengerti
apa yang dijelaskan oleh gurunya.
Jam
sekolah pun usai, Laura mau tidak mau harus menemui guru terbosan disekolah
ini. Dia pun memasuki ruang guru dan menemui pak Arnold. Tinggal beberapa guru
saja yang masih dikantor. “ini tugas untuk kamu, kerjakan 50 soal kemudian
presentasikan 5 soal kepada teman-teman
kamu di pelajaran bapak nanti. Dan juga, kamu bersihin kantin karena itu tempat
favortimu. Bapak akan mengeceknya satu jam lagi.” Laura hanya diam seribu kata.
Dia tidak mau mengalah begitu saja, dia harus melawan. “tapi pak, ini
kebangetan deh. Masa Cuma bolos pelajaran bapak aja hukumannya seberat gini”
Laura akhirnya membuka mulut. “dasar anak melawan, kamu tahu saya orangtua kamu
disini. Jadi saya berhak mendidik kamu dan memberi kamu hukuman. Papa kamu
sendiri sudah minta ke saya.” Lagi-lagi Laura geram dengan tingkah papanya dan
dia juga teringat dnegan orang yang membocorkan rahasianya itu ke orangtuanya
sehingga dia harus begini. Laura pun pergi melongos tanpa pamit dahulu ke pak
Arnold.
Laura
merasa capek sekali. Ini semua karena
Pak Arnold. Dia pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Suasana dikamarnya
yang menampung 3 orang anak ini sepi. Mungkin mereka sedang asyik di dunia
luar. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan chelsea, teman sekamarnya masuk. Ya,
hubungannya dengan teman sekamarnya dan kakak tingkatnya dikamar ini tidak
baik. Mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri, Laura sebenarnya ingin mencoba dekat dengan mereka, tapi dia malas
melihat mereka yang selalu sok sibuk dan sok serius itu, ditambah lagi setiap
mereka berbicara kepada Laura selalu dengan nada yang tidak enak.
“Laura,
ntar malem belajar sama aku ya.” Yang benar saja chelasea mengajaknya belajar
bersama?batin Laura. “ehm iya, tapi sebentar aja ya. Setengah jam.
“kenapa?sampe kamu ngertilah sama pelajarannya.” Laura akhirnya mengalah
daripada harus beradu mulut. “iya iya, oke.” Laura kemudian membalikkan
tubuhnya dan tidur. “oke.” Laura sebenarnya termasuk anak yang cepat menangkap
pelajaran dan IQ-nya cukup tinggi, namun dia selalu malas belajar. Karena itu
dia dianggap bodoh. Dia bertambah tidak termotivasi untuk belajar karena
teman-teman disini tidak seperti teman smp nya dulu. Dia sangat merindukan teman-teman smpnya
dulu. Dia ingin bertemu dan bermain dengan mereka. Namun dia hanya boleh pulang
saat libur semester saja atau hari libur panjang. Untungnya dia masih bisa
berkomunikasi dengan mereka lewat dunia media.
Seperti
biasa, Laura menjalankan sekolahnya dengan tidak penuh semangat. Setiap hari
dia hanya tiduran dikelas. Jika guru sedang menerangkan pelajaran dia tidur
atau makan. Bahkan tidak jarang dia bolos pelajaran dan pergi kekantin ataupun
ke perpustakaan untuk membaca komik. Oleh karena itu, dia selalu menjadi
sasaran empuk pak Arnold. Seluruh guru seakan menyerah dengan tingkah Laura,
namun tidak bagi Pak Arnold. Dia selalu
memberikan hukuman-hukuman berat kepada Laura. Tetapi tetap saja Laura tidak
jengah. Setiap hari Laura diberi tugas oleh Pak Arnold, baik itu mengerjakan
soal pilihan ganda, soal essay, meringkas materi, presentasi dikelas, membuat
artikel, bahkan membat karya ilmiah. Bukan hanya itu, Laura juga sering diberi
hukuman membersihkan toilet, mengepel koridor, menyusun buku di perpustakaan, lari
mengelilingi lapangan, dan yang paling parah adalah berdiri di tengah lapangan
dari jam pertama sekolah hinggga jam terakhir sekolah. Hukuman itu membuatnya
capek sehingga dia tidak sekolah satu hari.
Orangtua
Laura bukan tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap dirinya. Mereka hanya
diam karena mereka tau itu demi kebaikan Laura. Setiap hari Pak Arnold memberi
informasi kepada mereka. Ya, Laura sering menelpon orangtuanya untuk mengeluh
apa yang di lakukan pak Arnold kepadanya, namun orangtuanya hanya tersenyum di
ujung sana dan mengingatkan apan kesalahan Laura sehingga dia dihukum, namun
Laura tidak mau menyadari kesalahannya.
Jika dia diberi hukuman berupa tugas, dia mengumpulkannya seminggu dari
hari yang ditetapkan Pak Arnold sehingga tugasnya menumpuk dan membuat pak
Arnold marah. Dia juga masih sering tidur, bermain hp atau membaca komik saat jam pelajaran, terkadang bolos ke taman
sekolah, kantin, ataupun perpustakaan.
“Laura,
mana handphone kamu?” Pak Arnold tiba-tiba meminta handphonenya saat pelajaran
matematika selesai. “kenapa pak?mau disita?gak boleh” Laura bisa menebak apa
yang kan dilakukan gurunya itu. “iya,saya mau nyita handphone kamu, sekarang
berikan kepada saya!” suara pak Arnold tiba-tiba meninggi dan wajahnya berubah
menjadi seram, Laura tidak pernah melihat pak Arnold seperti ini. Dia pun
pasrah dan langsung memberikan handphonenya kepada pak Arnold. “dan jangan
kaget jika semua komik kesayanganmu tiba-tiba hilang dan kamu tidak boleh
meminjam jenis buku apapun di perpustakaan kecuali buku pelajaran.
Mengerti?” Laura sangat kaget mendengar
apa yang dikatakan pak Arnold. Jadi seperti ini taktik perang pak Arnold?
Membloking semua aset musuhnya. Laura mengomel dalam hatinya.
Laura
memasuki kamarnya dengan sangat lesu. Dia melihat Chelsea tertawa melihat layar
handphonenya. Itu membuatnya sakit hati. Dia pun menuju kasurnya dan menangis.
Dia sangat sedih handphone dan komiknya disita. Chelsea hanya diam melihat
teman sekamarnya itu. Dia tidak menyangka Laura yang dulu smp selalu terlihat
kuat dan bisa melawan semua guru bahkan
guru terkiller pun bisa menangis. Ya, Laura dan Chelsea satu smp dulunya, namun
Laura hanya mengetahui Chelsea dan Chelsea mengenal Laura karena dia diam-diam
mencari tahu tetang Laura . dan ingin
mengubah Laura. Di dalam hati kecil Chelsea dia berdoa agar Laura
berubah karena hal ini.
Sudah
satu bulan handphone dan komik Laura disita. Laura pun masih saja belum
berubah, dia tetap tidur dikelas dan masih bolos saat pelajaran. Hukuman pun
belum berhenti juga. Namun, dia tiba-tiba mulai berpikir untuk berubah. Dia
merasa capek, terlebih lagi dia merasa malu setiap dia menjalankan hukuman
banyak siswa yang melihat. Dia juga ingin mendapatkan teman disini dan berpikir
ingin membuat orangtuanya bangga.
Maka
pada hari senin Laura memulai perubahan pada dirinya. Dia mulai menyimak guru
menjelaskan pelajaran, dia juga meminjam catatan temannya untuk membuat komplt
catatannya dari 2 bulan yang lalu. Laura juga menyelesaikan semua hukuman
berupa tugas dari pak Arnold. Laura juga mulai menjadi salah satu anak teraktif
dikelas. Semua teman dan gurunya, terutama Pak Arnold dan Chelsea sangat
terkejut dan bersyukur melihat perubahan
pada Laura.
Maka sepulang
sekolah, Pak Arnold menemui Laura dan mengajaknya berbicara di koridor lantai 2
sambil melihat pemandangan sekolah. “apa yang menjadi motivasimu sehingga kamu
berupa Laura?” pak Arnold menanyakan dengan ekspresi penasaran. “pertama sih,
aku malu Pak diliatin temen-temen ngelilingi lapangan, ngepel koridor, nyusun
buku di perpus, ngebersiin toilet, dan hukuman lainnya. Aku kan pengen punya
temen juga pak. Aku juga pengin
ngebanggain mama sama papa dan kasian ngeliat bapak marah-marah terus, ntar
cepet tua terus sakit darah tinggi lagi hahaha.” Pak Arnold pun ikut tertawa.
Dia senang akhirnya Laura berubah. “ oke oke, makasih udah kasian sama bapak.
Bapak sangat senang dan bersyukur kamu berubah jadi anak yang rajin belajar.
Semoga kamu bisa ngebanggain orangtua kamu.” Pak Arnold pun mengacak rambut
Laura. Kemudian pergi meninggalkan Lura “ih bapak genit ah, berantakan nih
rambut Laura. By the way, Terimakasih Pak Arnold!” Laura berteriak mengucapkan
terimaksihnya sehingga semua siswa yang ada melihat kearahnya. Pak arnold pun
tersenyum sambil terus berjalan. “Laura!” tiba-tiba Chelsea berlari kearah
Laura dan langsung memeluknya. “aku seneng banget kamu berubah. Oh ya, yang
beri tahu mama papa kamu apa yang kamu lakuin di smp itu aku. Aku peduli sama
kamu Laura walaupun kamu Cuma tau aku temen smp kamu aja.” Tak terasa airmata Laura mengalir. Dia pun juga memeluk
Chelsea dengan erat. Mereka tidak peduli dengan mata orang lain yang melihat
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar