Rabu, 29 Oktober 2014

ini cerpen gua, enjoy ya... semoga gua bisa lebih baik lagi dalam hal menulis, aamiin :)
Comment ato Like ya,, thanks so much :*


Permata yang Berasal dari Karang

                                Hari pengumuman kelulusan bagi siswa smp pun tiba juga. Semua anak menunggu dengan hara-harap cemas , takut bila mereka tidak lulus. Tapi tidak dengan laura, gadis yang beranjak remaja itu biasa saja dengan hari yang ditunggu  tunggu semua anak smp di indonesia, karena dia yakin dia pasti lulus sebab dia mendapatkan jawaban saat ujian kemarin. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ujian nasional diselenggaran dengan tidak jujur, itu membuat murid malas seperti laura kegirangan karena  mereka tidak perlu lagi membolak balik buku.
                                Laura hanya senang mencorat coret seragam sekolah saat hari pengumuman kelulusan. I a menunggu nunggu momen ini karean ia belum pernah melakukan corat coret seragam sekolah yang menurutnya seru itu. Entahlah dapt dari budaya mana corat coret sergam sekolah tersebut, namun laura senang  karena ia merasa bisa terlepas dari seragam yang selalu menemaninya selama 3 tahun ini. Dan itu artinya ia akan menjadi siswa menengah atas yang umunya bisa
bebas berbuat apapun karena dianggap sudah dewasa oleh orangtua.
                                “LULUS yee!! Selamat tinggal putih biru dan selamat datang putih abu-abu!” sorak bergembira laura beserta temn-temannya saat mereka sedang mencoret coret seragam sekolah mereka dengan pilok. Mereka saling menandatangi seragam mereka sebagai tanda kelulusan dan sekaligus sebagai kenangan. “kerumah aku yok. Mamaku sudah buat pesta untuk kita” ajak Deni dengan gembira. “oke,cabut.” serentak mereka menjawab. Lantas, deni, laura, sarah, jason,emil, dan dindha pun pergi kerumah deni untuk berpesta.
                                “eh jadikan kita semua masuk SMA Putra Bangsa?”tanya sarah disela pesta mereka yang  kecil namun gembira itu. “jadi dong, kita gak boleh berpisah sampe lulus SMA” jawab Laura dengan yakinnya. Semua pun mengangguk setuju. Ya, mereka adalah sahabat sejak pertama kali masuk smp. Mereka akan berjanji tidak akan berpisah sampai lulus SMA nanti. Pesta mereka pun berlangsung sampai  jam 8 malam. Laura dan sahabat yang lainnya pun pamit pulang dengan deni dan orangtuanya.
                                Laura sangat bahagia hari ini karena bisa berpesta dengan teman-temannya dan dia sudah resmi lepas dari putih biru yang artinya dia sudah bebas untuk melakukan apapun yang dia mau. Dia pun terus tersenyum sampai masuk rumah. Sat hendak menuju kamarnya yang melewati ruang keluarga, mama. “Laura sudah pulang?enak pestanya? Kemari, mama sama papa mau bilang sesuatu.”  Muka kedua orangtuanya sangat serius. Laura pun duduk berhadapan dengan orangtuanya.
                                “papa sudah memutuskan kamu akan papa sekolahkan di sekolah asrama diluar kota. SMA Nusantara. Karena papa kecewa sama anak papa yang malas belajar dan gak disiplin.Pasti kamu ujian kemarin dapet jawaban kan?” serasa dunia tiba-tiba runtuh. Laura diam. Keputusan papanya seperti perintah seorang raja. Laura takut dengan papanya. Dia tidak pernah membantah apapun yang dikatakan papanya. Bagaimana papanya tau kalau Laura sering  menyontek? Padahal dia sudah menutup mulut semua sahabat-sahabat dan teman-temannya dengan uang. Ya, dia menyontek agar selalu mendapat 10 besar dikelas supaya orangtuanya tidak memarahinya dan menghukumnya.  Dia tidak pernah belajar, saat guru menjelaskan pun dia dan gengnya sering mengobrol ataupun bolos lalu makan dikantin. Saat ada pr atau tugas dan ulangan, dia dan gengnya selalu mengandalkan anak pintar plus rajin dikelas mereka.
                                “tapi pa, Laura sama temen-temen sudah janji mau masuk SMA Putra Bangsa. Papa kan juga udah ngizinin.” Laura mencoba memberi alasan. “iya, papa izinin kemaren. Tapi ga sekarang. Setelah papa tau ternyata hasil belajar kamu 3 tahun ini ternyata bohong belaka. Papa kecewa nak! Papa selalu banggain kamu, setiap kamu masuk 10 besar kamu minta hadiah papa kasih. Pap kira kamu  Cuma  bandel aja, tapi ternyata ya ampun. Apa salah papa”  Suara papa Laura pun sudah meninggi. Laura hanya menundukkan kepalanya.  “siapa yang ngasih tau papa sih?” batin laura. Dia mengutuk orang yang telah memberi tau papanya itu.  “siap-siap minggu depan buat pendaftarannya.” Lanjut papa setelah sekitar 2 menit terjadi keheningan. “sudah, masuk ke kamar sana. Mandi sama tidur.” Mama pun menyuruh Laura untuk kekamarnya. Di dalam kamar, Laura kesal dan mengangis. Dia pun menelpon sahabat-sahabatnya untuk memberi tahu keputusan papanya. Dia benci hari ini. Dia benci hari kelulusan. Sahabat-sahabatnya pun merespon dengan nada sangat kecewa bahkan ada yang menangis.
                                Akhirnya Laura sampai di SMA Nusantara untuk belajar di semeter pertama tahun ajaran baru ini. SMA yang terkenal sangat disipin dan isinya kutu buku serta anak ambisius semua itu telah di depan matanya. Gedung sekolah dan asramanya berlantai 2 itu dengan desain khasnya menunjukkan betapa berwibawanya sekolah itu. Dia mendengar bahwa ada seorang guru laki-laki setengah baya yang sangat ditakuti dan dihormati oleh seluruh siswa disini. Dia penasaran bagaimana guru tersebut. Apakah Laura akan taut juga kepadanya? Laura yakin guru itu akan menyerah untuk mengajarnya dan artinya dia bisa keluar dari sekolah yang seperti penjara ini.
                                Hari pertamabelajar pun dimulai.Setelah Laura dan teman seangkatannya melewati masa mos yang membosankan dan menyebalkan. laura sebal karena bisa-bisanya dia menjadi murid pembuat masalah pada saat mos. Sepertinya papa Laura sudah memberi tau panitia mos. Alhasil mereka selalu mengerjai laura yang membuat dia kesal lalu membantah seniornya itu. Dan sekarang Laura terkenal sebagai murid paling nakal disekolahnya. Tidak ada yang tidak mengenalnya. Namun mereka semua seperti tidak mengenalnya. Mungkin mereka malu untuk kenal apalagi berteman dengan anak seperti Laura. Pernah saat dia hendak membeli makanan di kantin, ada seorang cowok yang  berbicara ke teman-temannya seperti ini “cantik sih, tapi gak clever sama ngelawan ”. Namun laura hanya biasa saja. Dia tidak peduli terhadap perkataan teman-temannya. Dia juga tidak peduli tidak ada yang mau berteman dengannya. Dia melewati hari-harinya dengan membaca komik dan bermain game lewat handphonenya. Baginya itu jauh lebih penting daripada mekirkan belajar, tugas, dan perkataan orang .
                                 Hari ini, hari ke 3 belajar, ada pelajaran metematika. Ini hari pertama pelajaran matemtika. Laura paling benci pelajaran ini. Guru pun datang, seorang laki-laki setengah baya dengan badan yang cukup besar. berkulit sawo matang dengan matanya yang tajam di balik kacamatanya. “selamat pagi anak-anak. Perkenalkan nama saya arnold simangungsong dan mengajar matematika. Sekarang kita langsung masuk materi belajar saja, yaitu program linear.” Anak-anak pun  hanya menurut tanpa banyak bicara. Suasana kelas hening, hanya ada bunyi gesekan halaman dan gesekan spidol di papan tulis. Laura mulai merasa bosan dan mengantuk. Kepalanya sudah diatas meja dan matanya siap untuk terpejam. “hei kamu, Laura kan?emang pemalas ya kamu, sana cuci muka.” Pak Arnold pun melanjutkan tulisannya di papan tulis. Laura senang bukan main, ini menjadi kesempatannya untuk bolos pelajaran bapak itu. Dia pun berdiri dan meninggalkan kelas, lalu menuju ke kantin, bermain handphone dan mendengarkan musik sampai pelajaran pak arnold habis.
                “Laura, kamu dipanggil Pak Arnold ke kantor pulang sekolah ini.”  “iya, oke. Makasih.” Laura hanya menanggapi ucapan Rere dengan santai. Dia pun duduk di kursinya karena nanti ada pelajaran bahasa Inggris. Ya, dia suka pelajaran bahasa Inggris karena mempelajari bahasa asing dan gurunya sangat menarik, walaupun terkadang dia suka tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya.
                Jam sekolah pun usai, Laura mau tidak mau harus menemui guru terbosan disekolah ini. Dia pun memasuki ruang guru dan menemui pak Arnold. Tinggal beberapa guru saja yang masih dikantor. “ini tugas untuk kamu, kerjakan 50 soal kemudian presentasikan 5  soal kepada teman-teman kamu di pelajaran bapak nanti. Dan juga, kamu bersihin kantin karena itu tempat favortimu. Bapak akan mengeceknya satu jam lagi.” Laura hanya diam seribu kata. Dia tidak mau mengalah begitu saja, dia harus melawan. “tapi pak, ini kebangetan deh. Masa Cuma bolos pelajaran bapak aja hukumannya seberat gini” Laura akhirnya membuka mulut. “dasar anak melawan, kamu tahu saya orangtua kamu disini. Jadi saya berhak mendidik kamu dan memberi kamu hukuman. Papa kamu sendiri sudah minta ke saya.” Lagi-lagi Laura geram dengan tingkah papanya dan dia juga teringat dnegan orang yang membocorkan rahasianya itu ke orangtuanya sehingga dia harus begini. Laura pun pergi melongos tanpa pamit dahulu ke pak Arnold.
                Laura merasa capek sekali.  Ini semua karena Pak Arnold. Dia pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Suasana dikamarnya yang menampung 3 orang anak ini sepi. Mungkin mereka sedang asyik di dunia luar. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan chelsea, teman sekamarnya masuk. Ya, hubungannya dengan teman sekamarnya dan kakak tingkatnya dikamar ini tidak baik. Mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri, Laura sebenarnya ingin  mencoba dekat dengan mereka, tapi dia malas melihat mereka yang selalu sok sibuk dan sok serius itu, ditambah lagi setiap mereka berbicara kepada Laura selalu dengan nada yang tidak enak.
                “Laura, ntar malem belajar sama aku ya.” Yang benar saja chelasea mengajaknya belajar bersama?batin Laura. “ehm iya, tapi sebentar aja ya. Setengah jam. “kenapa?sampe kamu ngertilah sama pelajarannya.” Laura akhirnya mengalah daripada harus beradu mulut. “iya iya, oke.” Laura kemudian membalikkan tubuhnya dan tidur. “oke.” Laura sebenarnya termasuk anak yang cepat menangkap pelajaran dan IQ-nya cukup tinggi, namun dia selalu malas belajar. Karena itu dia dianggap bodoh. Dia bertambah tidak termotivasi untuk belajar karena teman-teman disini tidak seperti teman smp nya dulu.  Dia sangat merindukan teman-teman smpnya dulu. Dia ingin bertemu dan bermain dengan mereka. Namun dia hanya boleh pulang saat libur semester saja atau hari libur panjang. Untungnya dia masih bisa berkomunikasi dengan mereka lewat dunia media.
                Seperti biasa, Laura menjalankan sekolahnya dengan tidak penuh semangat. Setiap hari dia hanya tiduran dikelas. Jika guru sedang menerangkan pelajaran dia tidur atau makan. Bahkan tidak jarang dia bolos pelajaran dan pergi kekantin ataupun ke perpustakaan untuk membaca komik. Oleh karena itu, dia selalu menjadi sasaran empuk pak Arnold. Seluruh guru seakan menyerah dengan tingkah Laura, namun tidak bagi Pak Arnold.  Dia selalu memberikan hukuman-hukuman berat kepada Laura. Tetapi tetap saja Laura tidak jengah. Setiap hari Laura diberi tugas oleh Pak Arnold, baik itu mengerjakan soal pilihan ganda, soal essay, meringkas materi, presentasi dikelas, membuat artikel, bahkan membat karya ilmiah. Bukan hanya itu, Laura juga sering diberi hukuman membersihkan toilet, mengepel koridor, menyusun buku di perpustakaan, lari mengelilingi lapangan, dan yang paling parah adalah berdiri di tengah lapangan dari jam pertama sekolah hinggga jam terakhir sekolah. Hukuman itu membuatnya capek sehingga dia tidak sekolah satu hari.
                Orangtua Laura bukan tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap dirinya. Mereka hanya diam karena mereka tau itu demi kebaikan Laura. Setiap hari Pak Arnold memberi informasi kepada mereka. Ya, Laura sering menelpon orangtuanya untuk mengeluh apa yang di lakukan pak Arnold kepadanya, namun orangtuanya hanya tersenyum di ujung sana dan mengingatkan apan kesalahan Laura sehingga dia dihukum, namun Laura tidak mau menyadari kesalahannya.  Jika dia diberi hukuman berupa tugas, dia mengumpulkannya seminggu dari hari yang ditetapkan Pak Arnold sehingga tugasnya menumpuk dan membuat pak Arnold marah. Dia juga masih sering tidur, bermain hp atau membaca komik  saat jam pelajaran, terkadang bolos ke taman sekolah, kantin, ataupun perpustakaan.
                “Laura, mana handphone kamu?” Pak Arnold tiba-tiba meminta handphonenya saat pelajaran matematika selesai. “kenapa pak?mau disita?gak boleh” Laura bisa menebak apa yang kan dilakukan gurunya itu. “iya,saya mau nyita handphone kamu, sekarang berikan kepada saya!” suara pak Arnold tiba-tiba meninggi dan wajahnya berubah menjadi seram, Laura tidak pernah melihat pak Arnold seperti ini. Dia pun pasrah dan langsung memberikan handphonenya kepada pak Arnold. “dan jangan kaget jika semua komik kesayanganmu tiba-tiba hilang dan kamu tidak boleh meminjam jenis buku apapun di perpustakaan kecuali buku pelajaran. Mengerti?”  Laura sangat kaget mendengar apa yang dikatakan pak Arnold. Jadi seperti ini taktik perang pak Arnold? Membloking semua aset musuhnya. Laura mengomel dalam hatinya.
                Laura memasuki kamarnya dengan sangat lesu. Dia melihat Chelsea tertawa melihat layar handphonenya. Itu membuatnya sakit hati. Dia pun menuju kasurnya dan menangis. Dia sangat sedih handphone dan komiknya disita. Chelsea hanya diam melihat teman sekamarnya itu. Dia tidak menyangka Laura yang dulu smp selalu terlihat kuat dan bisa melawan semua  guru bahkan guru terkiller pun bisa menangis. Ya, Laura dan Chelsea satu smp dulunya, namun Laura hanya mengetahui Chelsea dan Chelsea mengenal Laura karena dia diam-diam mencari tahu tetang Laura . dan ingin  mengubah Laura. Di dalam hati kecil Chelsea dia berdoa agar Laura berubah karena hal ini.
                Sudah satu bulan handphone dan komik Laura disita. Laura pun masih saja belum berubah, dia tetap tidur dikelas dan masih bolos saat pelajaran. Hukuman pun belum berhenti juga. Namun, dia tiba-tiba mulai berpikir untuk berubah. Dia merasa capek, terlebih lagi dia merasa malu setiap dia menjalankan hukuman banyak siswa yang melihat. Dia juga ingin mendapatkan teman disini dan berpikir ingin membuat orangtuanya bangga.
                Maka pada hari senin Laura memulai perubahan pada dirinya. Dia mulai menyimak guru menjelaskan pelajaran, dia juga meminjam catatan temannya untuk membuat komplt catatannya dari 2 bulan yang lalu. Laura juga menyelesaikan semua hukuman berupa tugas dari pak Arnold. Laura juga mulai menjadi salah satu anak teraktif dikelas. Semua teman dan gurunya, terutama Pak Arnold dan Chelsea sangat terkejut dan bersyukur  melihat perubahan pada Laura.
Maka sepulang sekolah, Pak Arnold menemui Laura dan mengajaknya berbicara di koridor lantai 2 sambil melihat pemandangan sekolah. “apa yang menjadi motivasimu sehingga kamu berupa Laura?” pak Arnold menanyakan dengan ekspresi penasaran. “pertama sih, aku malu Pak diliatin temen-temen ngelilingi lapangan, ngepel koridor, nyusun buku di perpus, ngebersiin toilet, dan hukuman lainnya. Aku kan pengen punya temen juga pak. Aku juga  pengin ngebanggain mama sama papa dan kasian ngeliat bapak marah-marah terus, ntar cepet tua terus sakit darah tinggi lagi hahaha.” Pak Arnold pun ikut tertawa. Dia senang akhirnya Laura berubah. “ oke oke, makasih udah kasian sama bapak. Bapak sangat senang dan bersyukur kamu berubah jadi anak yang rajin belajar. Semoga kamu bisa ngebanggain orangtua kamu.” Pak Arnold pun mengacak rambut Laura. Kemudian pergi meninggalkan Lura “ih bapak genit ah, berantakan nih rambut Laura. By the way, Terimakasih Pak Arnold!” Laura berteriak mengucapkan terimaksihnya sehingga semua siswa yang ada melihat kearahnya. Pak arnold pun tersenyum sambil terus berjalan. “Laura!” tiba-tiba Chelsea berlari kearah Laura dan langsung memeluknya. “aku seneng banget kamu berubah. Oh ya, yang beri tahu mama papa kamu apa yang kamu lakuin di smp itu aku. Aku peduli sama kamu Laura walaupun kamu Cuma tau aku temen smp kamu aja.” Tak terasa  airmata Laura mengalir. Dia pun juga memeluk Chelsea dengan erat. Mereka tidak peduli dengan mata orang lain yang melihat mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar